selamat datang didunia tentang aku & bieber

Kamis, 24 Februari 2011

PEMBUATAN SUSPENSI PARASETAMOL (ACETAMINOPHEN) DENGAN MEMBANDINGKAN SUSPENDING AGENT CMC-Na DAN PGS UNTUK MENGETAHUI STABILITAS FISIK

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang.
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu siatem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. bentuk suspense yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu suspense siap pakai atau suspense cair yang l;angsung bisa diminum, dan suspense yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspense bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam akir kurang baik. Dan sebagai pembawa dari suspense yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspense yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.
Obat analgesik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk mengatasi sakit kepala, demam, dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep. Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan analgetika.
Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan parasetamol, golongan salisilat meliputi aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium salisilat, cholin salisilat; dan golongan turunan asam propionat seperti ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen.
Sebagai contoh bahan obat yang praktis tidak larut dalam air, yaitu Ibuprofen. Untuk itu, bahan obat ini dapat diformulasikan dalam bentuk suspensi. Ibuprofen adalah sejenis obat yang tergolong dalam kelompok antiperadangan non-steroid (nonsteroidal anti-inflammatory drug) dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis. Ibuprofen juga tergolong dalam kelompok analgesik dan antipiretik. Obat ini dijual dengan merk dagang Advil, Motrin, Nuprin, dan Brufen. Ibuprofen selalu digunakan sebagai obat sakit kepala. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk mengurangi sakit otot, nyeri haid, selesma, flu dan sakit selepas pembedahan. Nama kimia ibuprofen ialah asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat. Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Dalam pembuatan sediaan suspensi ibuprofen ini diperlukan suspending agent yang digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya, meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspense. suspending agent yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah Pulvis Gummosus (PGS)
Pulvis Gummosus (PGS) ini mempunyai sifat larut hampir sempurna dalam air, memberikan cairan seperti mucilage, tidak berwarna atau kekuningan, kental dan lengket.
 Dengan demikian formula dalam bentuk sediaan suspense ini dapat dilakukan penelitian tentang efektivitas konsentrasi suspending agent Pulvis Gummosus (PGS) terhadap volume sedimentasi dan waktu redispersi pada sediaan suspense Parasetamol.
1.2       Rumusan Masalah.
1.            Bagaimana cara membuat sediaan suspensi yang baik ?
2.            Sifat fisika apa saja yang ada dalam sediaan suspensi ?
3.            Bagimana mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent CMC Na?
4.            Bagaimana mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent PGS ?
5.            Bagaimana hubungan antara mutu fisik  dengan sifat fisika formulasi suspensi tersebut ?
6.            Apakah ada perbedaan penggunaan suspending agent CMC Na dengan PGS pada suspensi ?

1.3       TUJUAN .
1.      Untuk mengetahui cara membuat sediaan suspense yang baik.
2.      Untuk mengetahui sifat fisika pada sediaan suspense.
3.      Untuk mengetahui mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent CMC Na.
4.      Untuk mengetahui mutu fisik formulasi suspensi yang menggunakan suspending agent PGS.
5.      Untuk mengetahui hubungan antara mutu fisik  dengan sifat fisika formulasi suspensi tersebut.
6.      Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan suspending agent CMC Na dan PGS terhadap stabilitas fisik suspense.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suspensi       
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
     Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
  1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
  2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
  3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
  4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
  5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
  6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
2.2  Metode Pembuatan Suspensi                                                                          
Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi dan metode pengendapan.
2.2.1    Metode Dispersi
Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena serbuk tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak. (Farmasetika, 165)
2.2.2    Metode Pengendapan (Presipitasi)
Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :                                                         
1.       Presipitasi dengan pelarut organik
          Obat – obat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut – pelarut organik yang bercampur dengan air, dan kemudian menambahkan fase organik ke air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut yang digunakan adalah etanol, metanol, propilen glikol, dan polietilen glikol serta gliserin. Yang perlu dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal.
2.       Presipitasi dengan perubahan pH dari media
                        Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat – obat yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai contoh, suspensi estradiol dapat dibuat dengan mengubah pH larutan airnya, estradiol lebih mudah larut dalam alkaki seperti larutan kalium dan natrium hidroksida.
3.       Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap
            Melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor fisika yang disebutkan sebelumnya jga berperan. (Farmasetika, 165)
2.3       Formulasi Suspensi
2.3.1    Bahan Berkhasiat
Bahan berkhasiat dalam suspensi disebut fase terdispersi. Bahan berkhasiat ini memiliki kelarutan yang sangat kecil dan pada umumnya memiliki kstabilan terbatas dalam fase pendispersi. Contoh obat yang dibuat dalam suspensi adalah metronidazol, ibu profen, dll
2.3.2    Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang dapat digunakan pada suspensi kering diantaranya:
a.        Suspending agent
Bahan pensuspensi yang digunakan dalam suspensi kering harus mudah terdispersi dan mengembang dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi.       (Goeswin, 1993: 2)
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
a.                   Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin
b.                  Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. bahan pensuspensi sintesis
a.         Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
b.                  Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934. (http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html)
c.                   Bahan Pembasah
Berfungsi untuk membasahi partikel padat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa sehingga lebih muda untuk didispersikan. Contoh pembasah adalah gliserin, propilenglikol, air
d.                  Pemanis
Pemanis dalam suspensi digunakan untuk memperbaiki rasa dari sediaan yang pahit dan tidak enak. Contoh pemanis yang biasa digunakan sukrosa, dekstrosa, sakarin, sacharum album.
e.                   Pengawet
Berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam sediaan farmasi. Bahan aktif yang ditambahkan tidak boleh mempengaruhi sifat fisika serta farmakologi dari obat. Contoh pengawet adalah metil paraben, Na paraben, asam benzoat
2.4       Keuntungan Sediaan Suspensi
1.      Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
2.      Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3.      Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

   2.5       Kerugian Bentuk Suspensi
1.      Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
2.      Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
3.      Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
2.6       Sifat Fisik untuk Formulasi Suspensi yang Baik.
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam mengembangkan suatu bentuk suspensi yaitu:
·         Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode pengocokan dan penuangan sesuai dengan dosis yang dikehendaki.
·         Pengendapan yang terjadi saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan.
·         Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi, tapi viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga menyulitkan saat penuangan.
·         Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar.
2.7       Sistem pada Pembentukan Suspensi
2.7.1    Sistem Deflokulasi                                                                       
·           Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
·           Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
·           Sediaan terbentuk lambat.
·           Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
2.7.2    Sistem Flokulasi                                                                   
·           Partikel merupakan agregat yang bebas
·           Sedimentasi terjadi begitu cepat
·           Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
·           Wujud suspensi kurang menyenangkan karena sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
(http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html)
2.8     Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi.
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1.           Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2.           Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
Ket :

V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan


3.    Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.       Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
5.       Laju sedimentasi
Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun factor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspense tercakup dalam persamaan hokum srokes (Ansel, 1989:356,357) yaitu:
                                                         
      V  =
           Keterangan:

V = Kecepatan jatuhnya suatu partikel padat (cm/dtk)
g = Konstanta gravitasi (980,7 cm/dtk)
ρ1 = Kerapatan fase terdispersi (g/ml)
ρ2= Kerapatan fase pendispersi (g/ml)
d =  Diameter partikel (cm)
μ =  Viskositas mmedium disperse (poise)


Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes  di atas dipengaruhi :
a.    Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi
Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel lebih besar daripada kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke dalam pembawa.
b.    Diameter ukuran partikel
Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil  ukuran partikel maka kecepatan jatuhnya lebih kecil.
c.    Viskositas medium pendispersi
Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense dinaikkan sampai viskositas sedang saja. (Ansel,1989:357)
6.    Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31)
Rumus :   F    =
Keterangan:
F = Volume sedimentasi
VU = Volume akhir suspense
V0 = Volume awal suspense sebelum mengendap
Ø Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut:
1.    Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimen yang berkala
2.    Volume yang diisikan merupakan volume awal
3.    Setelah didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur ((VU)
4.    Dihitung volume sedimentasi
5.   
A
 
Buat kurva grafik antar F  (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X

Keterangan:
A = suspense yang baik
B = suspense agak baik
C = Suspensi yang jelek
 

A
 

B
 
    
C
 



·      Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik karena tidak adanya supernatant jernih pada pendiaman
·      Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal
·      Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horisontal.
2.9       EVALUASI SIFAT FISIKA SUSPENSI
1.          Evaluasi Viskositas.
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi. (Ansel,1989:357)
2.      Evaluasi Bobot Jenis.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI IV hal 1030].
Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu  antara lain : piknometer (untuk zat padat & zat cair), aerometer (untuk zat cair), densimeter (untuk menentukan bobot jenis zat cair secara langsung). Piknometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat. Kapasitas volumenya antara 10 ml-25 ml. Bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil.
Bobot jenis dapat digunakan untuk : mengetahui kepekaan suatu zat, mengetahui kemurnian suatu zat, mengetahui jenis zat. bobot jenis = 1→ air, bobot jenis < 1→ zat yang mudah menguap, bobot jenis > 1→ sirup – pulvis. Neraca Mohr Westphal : untuk mengukur bobot jenis zat cair.

2.10     KOMPONEN SUSPENSI PARASETAMOL (ACETAMINOPHEN)
v  Parasetamol (Acetaminophen)
                        Asetaminofen mengandung tidak kuran dari 98,0% dan tidak lebihdari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·         Pemerian      : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
·  Kelarutan         : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalm 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
·         Khasiat         : Analgetikum ;Antipiretikum.

v  CMC- Na (Carboxymethylcellulosum Natricum)
Bahan suspensi atau suspending agent ini merupakan bahan pensuspensi sintetis derivat selulosa. CMC atau karboksi metil selulosa dalam perdaganagan ada 3 macam kualitas CMC yang berbeda viskositasnya. Ada CMC HV, CMC MV, dan CMC LV.                                                                     
·         Pemerian            : serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik
·         Kelarutan           : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut dalam etanol dan dalam pelarut organik lain.                                        
·         Kekentalan         : tidak kurang dari 80% dan tiak lebih dari 120% dari yang tertera dalam etiket untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari 75% dan tidak lebih dari 140% dari yang tertera pada etiket untuk kadar larutan 1%. (FI IV, 1995:175)
v Syrup Simplex
Pembuatannya, dengan melarutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil parabean 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup.
§   Pemerian         : cairan jernih, tidak berwarna (FI III, hal 567)























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1       Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena metode ini dianggap sebagai metode yang tepat untuk melakukan penelitian tentang  pengaruh suspending agent yang berbeda yaitu CMC-Na dengan PGS (Pulvis gumosus) pada sediaan suspensi yang sama yaitu suspensi parasetamol / acetaminofen, dengan tujuan untuk membandingkan mutu fisik dari sifat fisika dalam sediaan tersebut.
Penelitian ini meliputi beberapa tahap. Pertama, pada tahap persiapan menyiapkan formulasi, alat-alat dan bahan yang dipakai dalam penelitian. Kedua tahap pembuatan sediaan. Pada tahap ini dibuat suspensi parasetamol yang masing-masing mengunakan suspending agent yang bebeda yaitu CMC-Na dan PGS. Dan diformulasikan sedemikian rupa hingga ad 60 ml. Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi yaitu menguji stabilitas fisik suspensi yang meliputi  volume sedimentasi dan waktu redispersi. Untuk mengetahui volume sedimentasi suspensi formula I dan II dilihat  setiap 1 jam.
3.2  Instrumen Penelitian
3.2.1  Alat

·         Gelas ukur
·         Mortir
·         Stamper
·         Timbangan kasar
·         Anak timbangan
·         Sendok tanduk
·         Sudip
·         Lap
·         Botol
·         Pipet
·         Kertas perkamen
·         Pinset
·         Beaker glass
·         Batang pengaduk

3.2.2  Bahan

·         Serbuk parasetamol
·         Pulvis Gumosus (PGS)
·         CMC Na
·         Aqua destilata
·         Syrupus simplex
·         Simeticon



3.3. Pembuatan Formula Bahan.
            3.3.1  Folmula Suspensi Parasetamol I.
                        R/        Parasetamol                 120mg
                                    CMC Na                     q.s
                                    Simeticon                    50mg/cth
                                    Aq. Dest          ad        60ml
            3.3.2  Formula Suspensi Parasetamol II.
                        R/        Parasetamol                 120mg
                                    P..G.S                          q.s
                                    Syr.simplex                 q.s       
                                    Aq. Dest          ad        60ml
3.4.  Perhitungan Bahan.
3.4.1  Formula Suspensi Parasetamol I.
·         Parasetamol =   60ml  × 120mg = 1440mg
 5ml
·         CMC Na =      1     × 60ml = 0,6g à 600mg× 20 = 12ml
         100
·         Simeticon =   60     × 50mg = 600mg
5
·         Aq. Dest          ad    60ml.

3.4.2  Formula Suspensi Parasetamol II.
·         Parasetamol =   60ml  × 120mg = 1440mg
 5ml
·         PGS        =       2     × 60mg = 1,2g
         100
·         Syr.simplex =  10    × 60= 6,5ml
100
·         Aq.dest           ad   60ml
3.5  Prosedur kerja Sediaan Suspensi Parasetamol I dan Parasetamol II.
3.5.1 Suspensi Parasetamol I.
1.      Mempersiapkan alat dan bahan.
2.      Mengkalibrasi botol sesuai volume yang diinginkan. Dengan cara aqua destilata dimasukkan pada gelas ukur sampai volume yang diinginkan, kemudian dimasukkan botol. Botol diberi tanda batas.
3.      Menimbang serbuk parasetamol 1440 mg masukan dalam mortir, gerus sampai halus sisihkan.
4.      Menggerus PGS ad halus,ditambah aqua destilata 7 kali bobot PGS. Dicampur sampai membentuk mucilago.
5.      Serbuk parasetamol yang sudah digerus halus dimasukkan pada mucilago. Dicampur sampai homogen.
6.      Menambahkan syrup simplex, dicampur sampai homogen.
7.      Memasukkan ke dalam botol, ditambah aqua destillata sampai tanda batas.
8.      Dikocok sampai homogen.
9.      Diberi etiket warna putih dan label kocok dahulu.
3.5.2.  Suspensi Parasetamol II.
1.      Mempersiapkan alat dan bahan.
2.      Mengkalibrasi botol sesuai volume yang diinginkan. Dengan cara aqua destilata dimasukkan pada gelas ukur sampai volume yang diinginkan, kemudian dimasukkan botol. Botol diberi tanda batas.
3.      Menimbang serbuk parasetamol 1440 mg masukan dalam mortir, gerus sampai halus sisihkan.
4.      Mengukur air hangat 12 ml dalam beaker glass, masukkan ke dalam mortir.
5.      Menimbang CMC Na , kemudian taburkan di atas air hangat dalam mortir sampai larut. Digerus cepat sampai homogen hingga terbentuk muchilago.
6.      Menambahkan serbuk parasetamol yang sudah digerus ke dalam muchilago, gerus ad homogen.
7.      Manambahkan simeticon secukupnya sampai larut dan homogen.
8.      Memasukkan ke dalam botol, ditambah aqua destillata sampai tanda batas.
9.      Dikocok sampai homogen.
10.  Diberi etiket warna putih dan label kocok dahulu.

3.6.  Evaluasi Stabilitas fisik sediaan suspensi
Untuk mengetahui kestabilan dari suatu suspense, dilakukan evaluasi stabilitas fisik sediaan suspense yang meliputi evaluasi volume sedimentasi dan waktu redispersi.
1.            Prosedur Uji Volume Sedimentasi adalah sebagai berikut
a.          Masing-masing sediaan suspense dikocok terlebih dahulu
b.         Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam gelas ukur
c.          Volume yang dimasukkan merupakan volume awal V0
d.         Setelah dibiarkan beberapa waktu atau hari, dicatat volume akhir dengan adanya sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur (VU)
e.          Dicatat volume endapan yang terjadi pada waktu 15 menit, 30 menit, 1 jam, 4 jam, 1 hari, 2 hari, dan sampai tidak terjadi endapan
f.          Dihitung volume sedimentasi (F) dengan runus:
                        Rumus :    F  =
Keterangan:
F             = Volume sedimentasi
VU          = Volume akhir suspense
V0           = Volume awal suspense sebelum mengendap
g.         Dibuat grafik antar F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)
2.            Prosedur Uji Waktu Redispersi
a.             Masing-masing Suspensi dimasukkan ke dalam botol kaca, kemudian didiamkan sampai mengendap sempurna
b.            Setelah mengendap sempurna, masing-masing suspensi dikocok sampai tidak terdapat sisa endapan pada dasar botol
c.             Kemudian catat waktu redispersi dari masing-masing sediaan suspense

3.7     Evaluasi Sifat Fisika Sediaan Suspensi
1.      Prosedur Pengukuran Viskositas
Þ  Menggunakan Viskometer Broxfield
a.       Dipasang spindel pada gantungan spindel
b.      Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas tercelup kedalam cairan sample yang akan diukur viskositasnya
c.       Dipasang step kontak
d.      Dinyalakan rotor sambil menekan tombol
e.       Dibiarkan spindel berputar dan melihat jarum merah pada skala
f.    Dibaca angka yang ditunjukan oleh jarum tersebut untuk mengukur viskositasnya
2.          Prosedur Pengukuran Bobot Jenis
1)   Bobot jenis zat cair
·             Menentukan massa air
1.   Menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (a)
2.   Menimbang piknometer yang berisi air sampai penuh (b)
3.     Menghitung massa air (c) = (b) – (a)
·             Menentukan massa zat cair x
1.  Menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (d)
2.   Menimbang piknometer yang berisi zat cair x sampai penuh (e)
3.     Menghitung massa zat cair x (f) = (e) – (d)

·             Menentukan Bobot jenis zat cair x
               r zat cair x    =                x  ρair

2)   Bobot jenis zat padat
·      Menentukan massa air
1.  Menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (a)
2.         Menimbang piknometer yang berisi air sampai penuh (b)
3.         Menghitung massa air (c) = (b) – (a)
·      Menentukan massa zat padat x
1.  Menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (d)
2.  Menimbang piknometer yang berisi zat padat x dengan massa tertentu (yang telah ditimbang sebelumnya di timbangan analitik) (e)
3.         Menghitung massa zat padat x (f) = (e) – (d)
·      Menentukan massa zat padat x + air
1.  Menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering (g)
2.  Menimbang piknometer yang berisi zat padat x (yang telah ditimbang sebelumnya di timbangan analitik) + air sampai penuh (h)
3.         Menghitung massa zat padat x + air (i) = (h) – (g)
·      Menentukan Bobot jenis zat padat x
ρ zat padat x =                               x ρair







BAB IV
HASIL PENGAMATAN

3.8       Analisa Data
3.8.1    Uji Volume Sedimentasi

PGS
CMC-Na
Hari
Volume (ml)
Hari
Volume (ml)
1
60 ml
1
60 ml
2
40 ml
2
60 ml
3
28 ml
3
60 ml
4
20 ml
4
60 ml
5
2 0ml
5
60 ml
6
20 ml
6
60 ml
7
20 ml
7
60 ml

 

Rumus : F   =   
Keterangan:
F             = Volume sedimentasi
VU          = Volume akhir suspense
V0           = Volume awal suspense sebelum mengendap
Analisa:
Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, ternyata sediaan suspensi parasetamol yang menggunakan suspending agent CMC-Na lebih memiliki waktu sedimentasi lama daripada PGS, terbukti dalam waktu 7 hari volume sedimentasi tidak mengalami perubahan yaitu 60 ml.

3.8.2    Analisa Data Bobot Jenis
BJ  Air  (27°C) à        30° - x    =  0,99462 - x
                                     x - 25°       x – 0,90632
                                    30° - 27° =  0,99462 - x
                                    27° - 25°     x – 0,90632
                                         3        =  0,99462 - x
                                         2            x – 0,90632
                                    3x – 2,71896  = 1,98936 – 2x
                                                     5x  = 4,70832
                                                       x  = 0,941664

Volume Piknometer
Bobot pikno + air                    = 41,6741 g
Bobot pikno kosong                = 16,2713 g
            Bobot air                     = 25,4028 g

            V air    = bobot air   =  25,4028          = 26,9765 ml
                             r air            0,941664

Þ           BJ Zat Cair
Kerapatan pendispersi
  • BJ PGS
Bobot pikno + air                    = 42,9012 g
Bobot pikno kosong                = 16,2808 g
            Bobot air                     = 26,6204 g

rPGS     =               26,6204      x 0,944164
                                         26,9765
                               =       0,9292 g/ml


  • BJ CMC-Na
Bobot pikno + air                    = 41,8373 g
Bobot pikno kosong                = 16,2808 g
            Bobot air                     = 25,5565 g

r CMC-Na   =           25,5565      x 0,944164
                                         26,9765
                               =       0,8921 g/ml

Þ       BJ Zat Padat
§  BJ Parasetamol   =                  (pikno + zat) – (pikno kosong)
                             (pikno+air)-(pikno kosong)-(pikno+zat+air)-(pikno+zat)
                                       =                    17,2806 – 16,2713                 x 0,941664
                                           (41,6741-16,2713)-(41,8641-17,2806)
                                       =                               1,0093                         x 0,941664
                                                               25,4028 – 24,5835
                                       = 1,2319 x 0,941664
                                       = 1,1600 g/ml


Þ           Hasil Viskometer Broxfield
§  CMC-Na
Rotor
Terbaca / tidak terbaca
skala
I
Terbaca
5
II
Tidak terbaca
-
III
Terbaca
1,5

§  PGS
Rotor
Terbaca / tidak terbaca
skala
I
Tidak terbaca
-
II
Tidak terbaca
-
III
Terbaca
0,5







BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan Praktikum
            Didalam literature pengujian volume sedimentasi   untuk evaluasi stabilitas fisik suspensi dijelaskan bahwa volume sedimentsi harus ± 1, karena jika tidak sediaan suspensi yang dibuat akan tidak stabil, Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan nilai dari volume sedimentasi dari sediaan yang besuspendig agent PGS adalah       
Berarti sediaan suspensi yang dibuat termasuk stabil karena volume sedimentasinya  ± 1.
            Selain itu dalam literature pengujian bobot jenis dan viskositas untuk evaluasi stabilitas sifat fisika juga dijelaskan bahwa dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan                                                 








DAFTAR PUSTAKA

http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html